Find us

Jumat, 19 Desember 2008

Subky Hasbie, Abadikan Diri Bantu Sesama Temukan Pasangan Hidup


Sukses Bawa Sembilan Ribu Jomblo ke Pelaminan
H M. Subky Hasbie merasa bahagia jika melihat pasangan yang setia, bahagia, dan penuh gairah cinta. Tujuan itulah yang membuat dia sejak 1974 mendedikasikan hidup untuk membantu para lajang menemukan jodohnya.

AHMAD BAIDHOWI, Jakarta

SUATU kali, pada awal 1970-an saat masih tinggal di rumah kos di belakang Hotel Kartika Plaza, Jakarta, Hasbie heran melihat banyak teman lajangnya kesulitan mencari pasangan. Padahal, mereka bukan orang sembarangan. Teman satu kosnya, misalnya, seorang insinyur yang punya pekerjaan mapan sebagai kepala bagian di sebuah swasta.

Kehidupan metropolitan Jakarta yang sibuk, lanjut Hasbie, membuat orang baik menjadi tak "bersinar" dan mendapat respons lawan jenisnya. Kenyataan inilah yang mendorong Hasbie pada 1972 merintis biro konsultasi keluarga, khususnya biro jodoh.

Pada 1974 saat menjabat ketua Yayasan Kesejahteraan Mahasiswa Indonesia (Yakmi), dia menggulirkan gagasan untuk membentuk badan usaha dengan nama Yakmi Services Corporation disingkat Yasco. "Tidak ada teman yang mendukung karena menganggap program ini 'aneh'. Waktu itu memang tidak ada orang yang berpikiran bahwa mencari jodoh perlu dilembagakan", ujarnya.

Namun, pria yang lahir di Banjarmasin, Kalsel, 64 tahun lalu itu tak patah arang. Dia kemudian menjalin kerja sama dengan media mingguan Buana Minggu. Pada 11 Mei 1974, rubrik biro jodoh di mingguan itu pun mulai terbit. "Hari itu kemudian saya tetapkan sebagai tanggal resmi berdirinya Yasco", katanya.

Gayung langsung bersambut. Dalam waktu singkat, ratusan surat dan telepon masuk ke kantor Yasco di Jalan Ki S. Mangunsarkoro No. 1, Jakarta Pusat. Agar lebih mantap, Hasbie pun mendaftarkan Yasco dengan nama kepanjangan baru (Yayasan Scorpio) ke Dinas Sosial DKI Jakarta dan Departemen Sosial RI.

Setelah beberapa kali pindah kantor, kini Yasco menempati kantor sederhana di Jalan Kramat
Lontar J-163 Jakarta Pusat. Kantor berukuran sekitar 5 x 8 meter tersebut dikelola Hasbie bersama beberapa orang staf. "Kantor ini merupakan bantuan dari mantan Dirjen Bansos Pak Yusuf Thalib. Dia teman saya", tuturnya.

Mantan kepala bagian Litbang Departemen Agama yang hobi berceramah di acara pernikahan itu mengakui, keberhasilannya merintis Yasco tidak lepas dari bantuan para sahabat. Salah satunya KH Dr Idham Chalid, mantan ketua DPR/MPR RI. "Pada awal 1975 beliau meminjamkan paviliun rumahnya di Jl Mangunsarkoro sebagai kantor Yasco. Semua peralatan kantor juga dipinjami", katanya.

Dua tahun pertama Yasco berdiri, jumlah anggota yang mendaftar maupun peminat terus meningkat. Jika pada 1974 jumlah anggota hanya 382 orang dan peminat 2.168 orang, pada 1975 meningkat pesat dengan jumlah anggota 741 dan peminat 7.823 orang.

Kegiatan "Mak Comblang" itu juga terbilang sukses. Pada tahun pertama Yasco berhasil mengantarkan 158 pasang anggotanya menuju pelaminan. Lalu pada 1975 bertambah lagi 135 pasang. "Senang bercampur haru", itulah jawaban Hasbie saat ditanya perasaannya ketika berhasil mengantarkan para jomblo alias bujangan ke jenjang pernikahan.

Setelah 34 tahun berlalu, Yasco tetap eksis. Saat ini jumlah anggotanya mencapai 15 ribu dengan jumlah peminat lebih dari satu juta orang. Dari jumlah tersebut, sudah ada 2.479 anggota pria dan 6.630 anggota wanita (total 9 ribu lebih) yang berhasil menemukan pasangan hidup dan menikah. "Kalau ditambah yang menikah dengan selain anggota atau peminat, jumlahnya tentu lebih banyak lagi", ujar Hasbie.

Anggota adalah orang yang mendaftar dan memiliki nomor atau kode anggota, sedangkan peminat adalah orang yang melayangkan surat ke Yasco setelah melihat profil anggota Yasco (melalui buletin Mesra atau melalui media massa umum).

Untuk memuluskan kegiatan perjodohan, Yasco memang menerbitkan buletin Mesra. Buletin tersebut dibagikan gratis kepada anggota yang mengikuti kegiatan pertemuan rutin tiga bulan sekali. Sedangkan bagi nonanggota, Yasco memungut biaya Rp 40.000 untuk setiap edisi Mesra.

Buletin setebal 24 halaman tersebut berisi berbagai informasi kegiatan pertemuan antaranggota Yasco maupun data anggota-anggota baru. Semuanya tertulis dengan kode. Misalnya, anggota terakhir yang profilnya ditampilkan di buletin Mesra edisi 138 yang terbit September lalu adalah Wb. 9840. Kode itu menunjukkan bahwa dia adalah wanita yang menjadi anggota ke-9.840 di Yasco. Sedangkan anggota terakhir pria berkode Pk. 5035, artinya, anggota pria ke-5.035 di Yasco.

Dalam profil Wb. 9840 tertulis: Gadis; lahir 1969; suku Jawa; agama Islam; pendidikan S-2; pekerjaan dokter; penghasilan cukup; hobi olahraga; nyanyi; sifat pengertian; setia; tinggi 157 cm, berat 55 kg; kulit kuning langsat; muka oval; rambut hitam berkerudung; domisili di Jakarta. Mencari suami, usia antara 35-45 tahun; status jejaka/duda; agama Islam; pendidikan sarjana; pekerjaan tetap; penghasilan cukup; hobi apa saja yang baik; sifat penyayang; penyabar; tinggi 168 cm, berat seimbang.

Profil tersebut tanpa disertai foto, alamat, maupun nomor telepon. Menurut Hasbie, kerahasiaan klien atau anggota biro jodoh memang menjadi prioritas utama. Karena itu, Yasco hanya menampilkan nomor kode, serta sekilas identitas anggota.

"Jika ada anggota yang tertarik dengan anggota lain, kami baru bisa menunjukkan fotonya serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Untuk bertemu, mereka bisa minta bantuan kami untuk mempertemukan di Kantor Yasco atau janjian untuk bertemu sendiri", paparnya.

Hasbie menambahkan, pengalaman 34 tahun mengasuh Biro Jodoh Yasco memberinya kesempatan untuk mengenal berbagai karakter orang. Anggota Yasco memang sangat beragam, mulai orang desa hingga kota, tukang becak sampai pengusaha, penganggur sampai direktur, sopir mikrolet hingga pilot jet, suster sampai dokter, bahkan kopral hingga jenderal. Pada 1980-an, kata dia, memang ada perwira tinggi ABRI berpangkat mayor jenderal yang terdaftar sebagai anggota Yasco.

"Untuk asal anggota, hampir imbang antara di Jakarta dan Bandung. Sedangkan di kota-kota lain seperti Surabaya dan Semarang, jumlahnya relatif sedikit", jelasnya.

Sebagai bahan database, Yasco juga mencatat beberapa rekor anggota. Misalnya, anggota tertua dengan kode Pk. 3054 yang lahir pada 1905. Saat masuk Yasco pada 1986, usia anggota itu sudah 81 tahun. "Namun, baru-baru ini rekornya terpecahkan. Sebab, ada anggota yang baru mendaftar pada umur 82 tahun", ujarnya.

Mantan ketua Senat Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Cabang Malang itu bersyukur dapat jodoh pada usia yang relatif muda. Dia menikah pada 4 Agustus 1972 dengan Irianti yang telah memberinya lima anak.

"Istri saya dulu asisten dokter. Saya ketemunya biasa saja. Bukan dijodohkan oleh teman", katanya.

Dari kelima anaknya, kata Hasbie, empat di antaranya sudah menikah. "Alhamdulillah, mereka mendapatkan jodohnya mudah, dalam arti ketemu jodohnya sendiri, tidak melalui Yasco", katanya lantas tersenyum. (el)

courtesy of JawaPos.co.id;
Designed By Published.. Blogger Templates